Kamis, 03 Maret 2011

KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN

A. TUMBUHAN TIDAK BERPEMBULUH
Tumbuhan tidak berpembuluh (non-trakeofita) merupakan kelompok tumbuhan yang dikenal dengan lumut. Lumut ini nantinya masih dibagi-bagi lagi menjadi tiga divisi. Secara umum, lumut memiliki karakter berupa akar, batang, dan daun yang tidak bisa dibedakan secara jelas.
Tidak adanya jaringan pengangkut atau pembuluh menyebabkan tumbuhan ini mengambil air dari lingkungan secara difusi. Difusi dilakukan melalui sel-sel diseluruh bagian tubuhnya. Hal itulah yang menyebabkan tumbuhan lumut perlu hidup ditempat-tempat yang lembab. Selain itu, struktur sperma yang mempunyai flagel sangat memerlukan keberadaan air untuk mencapai gamet betina saat terjadi fertilisasi.
Kelompok tumbuhan tidak berpembuluh memiliki suatu siklus hidup yang disebut dengan pergiliran keturunan (alternation of generation). Pergiliran keturunan tersebut terdiri dari fase sporofit dan gametofit.
Lumut diklasifikasikan menjadi tiga divisi, yaitu lumut daun (Briofita/Bryophyta), lumut hati (Hepatofita/Hepatophyta), dan lumut tanduk (Antoserofita/Antocerophyta).
1. Lumut Daun (Briofita)
Lumut daun sering dikenal dengan moss. Lumut daun memiliki morfologi yang lebih mirip dengan tumbuhan tinggi. Meskipun tubuhnya tersusun atas bagian yang mirip tumbuhan tinggi, struktur internalnya sangat jauh berbeda. Contoh lumut daun adalah Sphagnum.
2. Lumut Hati (Hepatofita)
Lumut hati disebut juga sebagai liverwort. Tubuh lumut hati berbentuk pipih dan tidak sejelas lumut daun. Rhizoid akan muncul pada bagian bawah dari lobus tubuh yang menempel pada substrat. Lumut hati memiliki ciri khas berupa gemmae, yaitu suatu struktur reproduksi aseksual.
Gemmae terletak diatas thalus (tubuh) dari lumut daun. Gemmae memiliki bentuk seperti mangkuk, sehingga sering dinamakan dengan gemma cup. Jika terkena air hujan, sel-sel pada bagian atas gemmae akan terpelanting. Sel-sel tersebut pada substrat yang cocok akan tumbuh menjadi individu baru.
3. Lumut Tanduk (Anthoserofita)
Anthoserofita tidak berbeda jauh dengan lumut hati. Perbedaan lumut tanduk dengan lumut hati adalah sporofitnya yang membentuk kapsul memanjang dengan hamparan gametofit seperti karpet yang lebar. Dalam Campbell et al. (2004), lumut tanduk berdasarkan asam nukleatnya memiliki kekerabatan hubungan yang dekat dengan tumbuhan berpembuluh (trakeofita/tumbuhan vaskuler).
B. TUMBUHAN BERPEMBULUH
Tumbuhan berpembuluh memiliki karakter adanya pembuluh angkut pada tubuhnya. Pembuluh angkut tersebut meliputi xilem dan floem. Xilem merupakan jaringan pembuluh yang berfungsi mengankut air dan mineral dari substrat (tanah dan batuan atau perairan) menuju bagian tubuh tumbuhan. Setelah terjadi proses fotosintesis, floem berfungsi untuk mengedarkan hasil fotosintesis dari daun menuju seluruh bagian tumbuhan.
Ada istilah tumbuhan berkormus yang juga sering dipakai. Tumbuhan berkormus merupakan tumbuhan yang memiliki akar, batang, dan daun sejati. Berbeda dengan tumbuhan lumut (tidak berkormus), kelompok tumbuhan ini memiliki partisi akar, batang, daun meliputi struktur dan fungsi yang jelas.
Habitat tumbuhan berpembuluh sangat luas. Tumbuhan berpembuluh dapat dijumpai dilautan hingga pegunungan tinggi seperti Gunung Mahameru atau bagian tiga-perempat Pegunungan Jayawijaya. Tumbuhan berpembuluh di laut misalnya lamun, sedangkan tumbuhan yang ada didaerah tinggi contohnya bunga edelweis. Di daerah perairan tawar pun kita sering menemukan tumbuhan yang mengapung di air, misalkan eceng gondok (Eichornia crassipes).
Tumbuhan tinggi ada juga yang hidup menumpang pada tumbuhan lain. Ada yang sampai mengambil nutrisi dari pohon inang (parasit), seperti benalu dan Rafflesia arnoldi. Ada juga yang tidak mengambil nutrien dari tubuh tumbuhan yang ditumpanginya, atau sering dinamakan dengan epifit. Tumbuhan epifit antara lain adalah berbagai jenis anggrek dan paku. Salah satu contoh paku yang epifit adalah Asplenium nidus (paku sarang burung).
Tumbuhan berpempuluh terbagi atas dua kelompok besar, yaitu tumbuhan berpembuluh tak berbiji dan tumbuhan berpembuluh yang menghasilkan biji.
1. Tumbuhan Berpembuluh tak Berbiji
Tumbuhan berpembuluh tak berbiji meilputi likofita, paku ekor kuda, dan pakis. Kelompok tumbuhan ini diperkirakan merupakan tumbuhan dominan pada masa Carboniferous. Beberapa ilmuwan memperkirakan bahwa ketiga kelompok tumbuhan tersebut berasal dari turunan mulai dari zaman Carboniferous (Campbell et al., 2004).
Tumbuhan berpembuluh tak berbiji juga mengalami pergiliran keturunan (alternation of generation). Fase sporofit pada kelompok ini lebih lama daripada fase gametofitnya.
Dalam pembahasan kali ini, kelompok tumbuhan berpembuluh tak berbiji dibagi menjadi tiga macam, yaitu Likofita (Lycophyta), paku ekor kuda (Sfenofita/Sphenophyta), serta Paku dan kerabat paku (Pteridophyta) (Campbell et al., 2004).
a. Likofita
Likofita merupakan kelompok yang dianggap paling kuno dari divisi-divisi lainnya. Likofita masih dianggap menyerupai struktur pada lumut daun, akan tetapi struktur internalnya menyerupai tumbuhan tingkat tinggi.
b. Sfenofita
Sfenofita sering dikenal dengan sebutan paku ekor kuda. Ciri-ciri dari paku ekor kuda adalah adanya ruas-ruas dari batang yang muncul dari tanah. Spora pada bagian ujung batang memiliki bentuk seperti kerucut. Salah satu contoh dari paku ekor kuda adalah Equisetum debile.
c. Pteridofita
Divisi pteridofita merupakan divisi terbesar dengan anggota lebih dari 12.000 spesies. Pteridofita terdiri atas paku dan kerabat paku. Kedua kelompok tersebut dibedakan berdasarkan adanya perbedaan morfologi daun muda. Ujung daun muda pada kelompok paku memiliki penggulungan, yang disebut dengan circinatus. Di lain pihak, kelompok kerabat paku (fern allies) tidak memiliki penggulungan daun muda.
Contoh dari pteridofita sangat mudah kita jumpai sehari-hari. Beberapa contoh diantaranya adalah paku tiang yang dapat mencapai tinggi lebih dari 10 meter di hutan belantara. Paku tiang lebih banyak ditemukan didaerah sekitar sumber perairan. Akan tetapi, belum ada penelitian yang menunjukkan adanya korelasi antara keberadaan sumber air dengan pertumbuhan paku tiang.
[Insert Photo Paku Tiang]
2. Tumbuhan Berpembuluh Berbiji (Tumbuhan Berbiji)
Semua tumbuhan yang menghasilkan biji termasuk tumbuhan berpembuluh, sehingga sering disebut tumbuhan berbiji saja. Biji yang menjadi ciri khas kelompok tumbuhan ini merupakan salah satu mekanisme perkembangbiakan yang dianggap maju atau canggih pada tumbuhan.
Biji terbentuk melalui proses fertilisasi antara sel gamet jantan dan betina. Jika dilihat secara evolusi, maka biji merupakan struktur pengganti spora. Akan tetapi, secara struktural biji merupakan struktur yang sangat kompleks.
Tumbuhan berbiji dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae) dan tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae).
Gymnospermae. Tumbuhan berbiji terbuka memiliki ciri khas berupa biji yang terbuka ke atmosfer. Hal tersebut disebabkan karena tidak adanya struktur pelindung atau ruangan perkembangan biji yang disebut sebagai ovarium. Pembentukan biji pada tumbuhan berbiji terbuka terjadi melalui pembuahan tunggal, yaitu pertemuan antara sel kelamin jantan dan betina sebanyak satu kali.
Tumbuhan berbiji terbuka dibagi menjadi empat divisi, yaitu Cycadophyta (Sikadofita), Ginkgophyta (Ginkgofita), Coniferophyta (Koniferofita), dan Gnetophyta (Gnetofita).
1. Cycadophyta
Tumbuhan yang termasuk dalam divisi Cycadophyta memiliki ciri khas bentuk yang menyerupai palem. Batang tidak memiliki cabang dengan tangkai daun yang mendukung daun majemuk menyirip. Struktur reproduksi berupa strobilus. Ada juga yang menamakan Cycadophyta sebagai palem sagu.
Contoh dari divisi ini adalah pakis haji (Cycas rumphii).
[Insert Picture Cycas rumphii]
2. Ginkgophyta
Ginkgophyta merupakan kelompok tumbuhan yang memiliki ciri khas daun berbentuk kipas dengan pertulangan daun yang dikotom (bercabang dua-dua). Ginkgophyta hanya terdiri dari satu spesies, yaitu Ginkgo biloba. Spesies ini sangat terkenak karena banyak digunakan sebagai bahan pembuat shampoo.
[Insert Picture Ginkgo biloba]
3. Coniferophyta
Conifer merupakan kelompok tumbuhan yang saat ini paling dominan di dunia. Anggota konifer merupakan penyusun hutan berdaun jarum. Hutan tersebut sangat luas dan didominasi oleh kelompok konifer berdaun jarum. Biasanya, hutan tersebut dinamakan dengan bioma taiga.
Reproduksi konifer, misalkan pinus, menggunakan organ yang dinamakan dengan strobilus. Strobilus terdiri dari dua macam, yaitu strobilus jantan dan betina. Strobilus jantan pada pinus berukuran kecil dibandingkan strobilus betina. Strobilus betina selain memiliki ukuran yang besar, juga memiliki struktur strobilus yang keras.
Salah satu contoh konifer adalah Pinus merkusii. Pinus merkusii merupakan salah satu komponen hutan tanam di Indonesia. Getah yang diproduksi oleh pinus dapat diambil dan digunakan sebagai bahan untuk membuat cat.
[Insert picture strobilus of Pinus merkusii]
4. Gnetophyta
Gnetophyta merupakan divisi yang dianggap paling maju diantara keempat divisi pada gymnospermae. Struktur anatomi yang mendekati angiospermae menjadi pertimbangan hal tersebut. Kemiripan tersebut terletak pada struktur pembuluh.
Gnetophyta tersebar dari daerah gurun hingga daerah dekat hutan hujan tropis. Genus Welwitschia merupakan semak gurun yang cukup populer di Afrika. Melinjo (Gnetum gnemon) sepintas tidak berbeda dengan angiospermae.
[Insert Picture Gnetum Gnemon] [Insert Picture Welwitschia]
Angiospermae. Angiospermae dikelompokkan berdasarkan persamaan adanya karpel atau daging buah yang menjadi pembungkus biji. Angiospermae merupakan kelompok tumbuhan yang paling beragam. Ada sekitar 250.000 spesies tumbuhan berbiji tertutup.
Tumbuhan berbiji tertutup sering dinamakan dengan antophyta (antofita), yaitu kelompok tumbuhan berbunga. Hal tersebut disebabkan karena organ reproduksi yang didukung oleh bunga. Bunga merupakan organ yang berfungsi untuk membantu proses penyerbukan. Bunga berperan sebagai penarik organisme yang berperan sebagai polinator (pembantu penyerbukan).
Hibiscus rosa-sinensis
Hibiscus rosa-sinensis - Contoh tumbuhan berbunga
Bunga memiliki berbagai mekanisme untuk menarik perhatian polinator. Nektar merupakan mekanisme utama yang membuat berbagai polinator tertarik. Selain nektar, polinator juga memerlukan berbagai hal dari bunga. Salah satu contoh yang menarik adalah serangga yang ada pada pohon Ficus hispida. Bunga pada pohon ini terletak pada suatu struktur mirip periuk, sehingga serangga yang membutuhkan tempat menaruh telur akan masuk ke dalam periuk tersebut. Pergerakan di dalam periuk tersebut menyebabkan penyerbukan terjadi.

1 komentar: